Begini Kesaksian Eks Narapidana Teroris Dan Eks Anggota Khilafatul Muslimin Asal Flores
Ismail Warga Golo Bilas Eks Khilafatul Muslimin
Perjumpaan Ismail, warga kampung Lobohusu Desa Golo Bilas, kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat dengan organisasi Khilafatul Muslimin [Kilmus] berawal pada tahun 2015 yang lalu. Dirinya dan beberapa orang lainnya, diajak untuk mengumpulkan infak untuk membangun masjid-masjid pada daerah yang belum memiliki masjid di Manggarai Barat.
Pada awalnya tidak ada yang ganjil dengan organisasi ini, Ismail pun bergabung. Pada tahun-tahun berikutnya, bersama yang lainnya mereka rutin melakukan perekrutan anggota pada beberapa kampung di Manggarai Barat.
Meskipun sering mendapatkan penolakan, Ismail dan kawan-kawannya tak patah semangat, karena menurutnya hal yang mereka lakukan adalah dakwah biasa dan tidak sedang ingin mengubah negara dan Pancasila.
Tahun 2017, Pak Ismail dan beberapa anggota lainnya ke Jakarta untuk mendeklarasikan berdirinya sistem kekhilafahan di muka bumi.
Pada deklarasi tersebut, menurut Ismail, tidak berbicara tentang rencana menguasai negara Indonesia, tetapi ingin menegakan sistem kehilafaan di atas muka bumi.
"Kami sering bertanya apakah gerakan ini ingin mengubah negara? Tidak jawab mereka, kita hanya ingin menegakan Sistem kehilafaan di atas Bumi ini," ungkap Ismail.
Namun demikian, menurut Ismail, meskipun dikatakan tidak ingin menggantikan Pancasila dan UUD 1945, dalam prakteknya upaya ke hal tersebut sudah mulai terasa, misalnya mengganti KTP NKRI dengan KTP Khilafatul, juga dalam kajian tertentu selalu dikatakan pancasila dan demokrasi adalah buatan manusia yang tidak perlu di ikuti, kita hanya boleh taat pada Hukum Allah dan pada khilafah Abdul Qadir Hasan Baradja.
Dalam program kami, lanjut Ismail, "ditahun 2024, dakwah yang [akan] kami dilakukan harus bersifat keras, siapa yang menolak dan mengusir kami dari masjid- masjid seperti yang terjadi tahun 2017 kami akan fight [Lawan],"tandas Ismail.
Ia pun bersyukur karena pihak keamanan bertindak cepat mendeteksi pergerakan Khilafatul Muslimin, karena kalau tidak dicegah, maka pada tahun 2024 mendatang, puluhan ribu bahkan jutaan warga Kilmus akan datang ke Jakarta menuntut tegaknya sistem kehilafaan.
Soal pemahaman tentang akidah keislaman, ada perbedaan yang jelas antara Kilmus dan organisasi lainnya seperti JI dan JAD.
"Kalau dalam organisasi lain [JI dan JAD], orang yang berbeda pemahaman dianggap kafir dan harus diperangi, sedangkan dalam Khilafatul, orang yang tidak berbai'at dianggap Islamnya belum sempurna,"terang Ismail.
Lebih jauh Ismail berharap agar pemerintah lebih intens melakukan sosialisasi ke kemasyarakat terkait bahaya Intoleransi, radikalisme dan Terorisme.******
Komentar