Hotel berbintang di Labuan Bajo diduga manfaatkan air tercemar
Labuan bajo, Jarak news
Sungai Air Kemiri adalah salah satu sungai kecil yang mengalir dari arah timur menuju pantai Barat kota Kabuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar) dan bermuara di laut perairan Labuan Bajo.
Menurut warga lokal, dahulu debit air dari sungai ini tidaklah tergenang besar seperti saat ini, mengingat sumber utama air yang mengalirinya berasal dari beberapa mata air kecil yang debitnya menurun di musim kemarau. Di hulu ada mata air Raba, setelah itu di tengah ada mata air Wae Wene dan Wae Bonto, dan di hilir mendekati muara terdapat mata sungai Air Kemiri.
Sejak Labuan Bajo menjadi ibukota kabupaten Mabar, terlebih lagi setelah ditetapkan sebagai kota pariwisata dengan predikat super premium, pertumbuhan penduduk semakin meningkat dan padat. Sungai Air Kemiri yang dulu hanya berupa kali kecil dan dialiri air bersih yang bersumber dari mata air, kini berubah menjadi genangan tempat pembuangan limbah domestik rumah tangga. Debit air pun tampak meningkat, namun pencemaran air terjadi secara masif. Itu tampak dari hasil pengujian tingkat pencemaran air pada sungai Air Kemiri, yang dilakukan secara berkala setiap 6 bulan sekali oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Mabar. Meskipun secara umum tingkat pencemarannya belum begitu tinggi pada daerah hulu dan tengah, namun pada daerah hilir pencemaran bakteri E.coli cukup tinggi.
"Berdasarkan hasil uji laboratorium terhadap sample air yang kami ambil di 3(tiga) titik, yaitu di Wae Nahi, sungai di belakang Gereja Katolik Roh Kudus, dan daerah dekat hilir, secara umum tingkat pencemarannya rendah. Tetapi semuanya mengandung bakteri E.coli dan yang paling tinggi berada di daerah hilir", demikian penjelasan Paulus salah seorang staf pada Dinas DLHK Kab. Mabar.