1. Beranda
  2. Berita
  3. NTT

Rata Korsa Dalam Pusaran Para Utusan Pusat

Oleh ,

Labuan Bajo, Jarak News

Forum Rakyat Jelata Korban Gusuran (Rata Korsa) adalah sebuah komunitas masyarakat yang mayoritas berasal dari kampung Cumbi dan Nalis, Desa Warloka, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat-NTT, yang baru tampak ke publik pada event KTT ASEAN ke 42 di Labuan Bajo

Tergerak oleh persoalan yang sama, dimana Pemerintah telah mengambil tanah mereka untuk pembangunan ruas jalan Labuan Bajo-Golo Mori, tanpa mendapatkan kompensasi baik berupa ganti rugi maupun 'ganti untung'.

Dibantu oleh dua aktivis lokal, Doni Parera dan Ladis Jeharum, 40-an orang warga inipun mengkonsolidasikan diri dalam sebuah forum yang mereka namakan 'Rata Korsa' sebagai gerbong kolektif untuk memperjuangkan hak mereka.

Meskipun aktivis yang mendampingi warga ini bukanlah nama baru dalam giat advokasi publik di Manggarai barat, tapi nama Rata Korsa sendiri baru dikenal publik Mabar, setelah proyek jalan Labuan Bajo selesai dan bertepatan dengan perhelatan KTT ASEAN.

Momentum ini membuat seketika kelompok ini melejit populer, apalagi seruan melakukan demo saat pembukaan KTT pada 9 Mei 2023 yang justru berada pada suhu sensitif security KTT ASEAN itu. Demo itu dilakukan jika tidak ada jaminan dari pemerintah 'memberikan ganti rugi ataupun ganti untung atas tanah mereka.' Dalam sebuah video pendek berdurasi 2 menit 5 detik, Doni Parera bersama dua orang warga Cumbi, Viktor dan Domi, mengancam akan melakukan pemagaran pada jalan menuju Golomori.

"Saat Asean Summit, kami akan pagari semua bekas rumah, kebun dan tanah kami yang sudah dibuatkan jalan", ancam Doni.

Berjuang tanpa donatur

Meskipun warga Rata Korsa menyadari bahwa jika hal yang mereka perjuangkan ini berhasil, akan ada pihak lain diluar kelompok mereka yang juga akan mendapatkan keuntungan, sekalipun orang-orang tersebut adalah para investor kaya, tetapi mereka memilih untuk membiayai perjuangannya secara mandiri.

Dominikus, salah satu tokoh dalam komunitas tersebut, kepada awak media ini mengatakan "Selama ini kami biayai sendiri semuanya pak, tidak ada yang membiayai kami. Setiap ada pertemuan kami kumpul uang sendiri, jumlahnya variasi". "Tapi kalau ditotal semuanya, diperkirakan satu orang telah mengeluarkan biaya sebesar 250 ribu", terangnya.

Berita Lainnya