Team Indensos Densus 88 Sambangi Desa Watu Wangka; Warga Sepakat Tolak Khilafatul Muslimin

Senada dengan Romo Rikardus Mangu,Rr.,
Ketua Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Manggarai Barat, Haji Ishak Muhamad Jabi, yang berbicara sekaligus mewakili ketua MUI Mabar, mengatakan Bahwa ulama dan para tokoh agama lainnya telah bersusah payah berjuang untuk memerdekakan negara ini dan telah sepakat dengan bentuk NKRI dan dengan dasar negara Pancasila.

"Kehadiran kami, saya dengan Romo Rikar di tempat ini untuk memberikan peneguhan. Para pendiri negara ini, para ulama dan tokoh agama lainnya sudah berjuang dengan susah paya agar negara ini merdeka, lalu enak saja, ada orang yang datang mau merusak negara ini. NU dan Muhammadiyah telah ada sejak Indonesia belum merdeka. Tiba tiba saja muncul ormas baru yang ingin merusak negara ini, sementara NU dan Muhammadiyah tidak pernah ingin merubah negara. Inilah yang perlu kita lawan, mereka yang selalu mementikan ego pribadinya, ingin merubah negara, "tegasnya.

Sementara itu, dari pihak Kesbangpol Manggarai Barat, yang diwakili oleh Kepala bidang Kewaspadaan Nasional dan Penanganan Konflik, Yos Tala, mengatakan bahwa sesuai dengan tugas fungsi kami, membina ideologi dan melakukan pemantauan terhadap pergerakan ormas dan sebagainya.

"Terkait khilafatul Muslimin, organisasi ini, khusus dimanggarai barat, sampai saat ini belum terdaftar. Oleh karena itu khilafatul Muslimin bukan ormas dimanggarai barat" ungkapnya.

Deklarasi Penolakan Khilafatul Muslimin

Kehadiran Team Idensos SGW NTT Densus 88 AT Polri di Desa Watu Wangka, disambut gembira baik oleh pemerintah desa maupun warga. Dalam sambutanya kepala desa Watu Wangka, Ismail Kardi, Spd., Mengatakan;

"Andaikan kemarin teman-teman dari Densus 88 tidak menyambangi rumah saya, berdiskusi tentang radikalisme dan terorisme beserta ormas-ormas nya, mungkin kita ini tidak tahu seperti apa itu terorisme. Sehingga kedepannya kita tidak boleh terlena dan lengah dengan kelompok ini [khilafatul Muslimin]," ucap Ismail Kardi.

Pada sesi tanya jawab warga sangat antusias mengajukan pertanyaan dan memberikan masukan.

Seperti yang diungkapkan seorang guru di desa watu wangka misalnya, dia resah setelah mengetahui bahwa ideologi radikal ini juga masuk ke dalam dunia pendidikan. Ia pun berjanji akan mensosialisasikan bahaya radikalisme, intoleran dan terorisme ini dalam lingkungan sekolah, namun dia mengharapkan adanya dukungan dari densus 88 dalam menyediakan materi sosialisasi. Atas permintaan tersebut, pihak densus 88 mengatakan;

"jika dibutuhkan pihak Densus 88, akan melakukan sosialisasi ke lingkungan sekolah."

Berbeda dengan bapak guru, Ahmad Hamnu, Imam masjid Nencang mengatakan, dirinya kaget setelah mendengar penjelasan tentang sepak teejang kelompok Khilafatul Muslimin. Dia menceritakan bahwa beberapa tahun lalu, banyak kegiatan yang dilakukan organisasi ini di masjid- masjid, namun ia menolak kegiatan itu masuk ke masjid yang dijaganya.

Tua Golo juga angkat suara, menurutnya bendera merah putih adalah pusaka yang harus dijaga dan dihormati, selayaknya sebuah pusaka maka harus disimpan baik, kalau tidak, akan mendatangkan petaka. Dalam pengamatannya, beberpaa tahun terakhir banyak orang tidak menghargai bendera merah putih, akibatnya adalah adanya petaka dengan munculnya kelompok-kelompok radikal, intoleran dan terorisme.

Akhir dari rangkaian kegiatan tersebut, baik tokoh pemerintah, tokoh agama, tokoh adat maupun warga Desa Watu Wangka, dengan tegas menyatakan penolakannya terhadap organisasi Khilafatul Muslimin maupun organisasi lain yang mengusung paham radikalisme, intoleran dan terorisme masuk dan berada di desa mereka.*****

Selanjutnya 1 2 3 4
Penulis: Ihambut

Baca Juga