Pakan Ikan Mahal, Pengusaha Sektor Miskinkan Peternak

HARIAN JARAKNEWS--
Protein merupakan salah satu kebutuhan pangan yang penting dan harus dipenuhi.
Sumber protein hewani lebih banyak digemari masyarakat dibandingkan dengan
sumber protein nabati, dengan meningkatnya kebutuhan protein hewani mengakibatkan masyarakat berlomba-lomba membudidayakan ternak ikan untuk memenuhinya.
Maraknya usaha budidaya ternak ikan berdampak pada pakan ternak berupa pur maupun pelet yang semakin banyak dibutuhkan, dimana produksi pakan tersebut didominasi industri.
Ketergantungan akan pakan industri mengakibatkan penguasa sektor dengan mudah mempermainkan pasokan pakan
serta harga. “Yang di atas makin naik yang di bawah makin turun, yang punya uang yang berkuasa” ujar Mas Arman, (peternak ikan lele di Kecamatan Merbau Mataram, Lampung Selatan).
Mahalnya pakan ikan merupakan kendala dalam industri perikanan di Indonesia. Pemerintah harusnya memperhatikan alternatif lain yang dapat menekan harga pakan yang terus melonjak. Peternak sering kali mengalami kerugian diakibatkan biaya produksi lebih tinggi dibandingkan dengan harga jual hewan. “Budidaya ikan sekarang berat dipakan, untungnya gak ketemu”.
Polemik harga pakan yang terus melonjak harganya menjadi salah satu penyebab peternak mangkrak. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, para peternak ikan mensiasatinya dengan menggunakan pakan alternatif. Pakan alternatif seperti apa yang dapat menekan biaya produksi ternak ikan?
Larva atau maggot merupakan salah satu fase dari lalat Black Soldier Fly (BSF) juga sering dikenal lalat tentara hitam. Namun ada khas yang dapat membedakannya dengan lalat-lalat pada umumnya, yaitu maggot BSF lebih peka terhadap sumber penyakit seperti bangkai dan limbah atau sampah melalui proses Fermentasi.
Maggot mengonsumsi produk limbah organisme lain yang telah matid imana maggot dapat diidentifikasikan sebagai dekomposer atau pengurai.
Maggot berpotensi sebagai sumber protein pakan alternatif ternak karena memilik
kandungan protein mencapai 40%-50%. Maggot memiliki lima siklus yaitu; 1)
fase dewasa, 2) fase telur, 3) fase larva, 4) fase prepupa, dan 5) fase pupa.
Peternak memiliki permasalahan yang sama mengenai harga pakan yang tinggi.
Menurut Haryati (2017) maggot memiliki kandungan gizi berupa protein 43,23%,
lemak 19,83%, abu 4,77%, serat kasar 5,87%, dan BETN 26,3% dan memiliki
asam amino esensial glisin 3,80% ,lisin 10,65%, alanin 25,68%, arginine 12,95%,
dan prolin 16,94%. Karena memiliki asam amino yang tinggi maggot BSF dapat
menekan mortalitas atau kematian dari ternak itu sendiri, sehingga meningkatkan
kuantitas panen ternak. Maggot BSF memiliki tekstur yang kenyal dan mampu
menghasilkan enzim alami yang dapat meningkatkan kemampuan daya cerna
hewan ternak. Dibandingkan dengan produk pakan alternatif lainnya kandungan
protein pada maggot BSF lebih unggul. Disamping itu harga maggot yang murah
dengan harga kurang lebih Rp 5.000,00/kg dapat menekan biaya pakan utama
yang cenderung lebih mahal (Ranggit Setri Pinanggih )
Komentar