POLITIK DAN MUSIM YANG DIRINDUKAN
Penulis : Kurnain, S. IP
Wakil ketua DPRD Tanggamus
Ketua DPD NasDem Tanggamus
Seringkali Kita Bersikap Aneh, Ketika hujan musimnya memanjang sepanjang tahun, kita mengguman merindukan kemarau tiba.
Sebaliknya, ketika musim kemarau tak tentu kapan akan berakhir, kita semua berharap hujan segera turun membasahi tanah dan (bahkan) jiwa yang kering berdebu.
Begitulah kita (manusia), selalu tak ingin konstan berada dalam satu suasana. Musim hujan dan kemarau, sesungguhnya bisa membuat kita bersitegang satu sama lain dalam kekhawatiran. Manakala hujan mendatangkan banjir dan kemarau menghadirkan kekeringan atau kebakaran hutan dan lahan.
Demikian pula halnya dengan politik. Banyak orang tak suka, bahkan antipati. Namun ketika musimnya tiba, hiruk-pikuknya seringkali menghadirkan gairah bahkan memacu adrenalin, bagai kuda tunggang yang lepas dari kandangnya.
Musim politik yang “basah” memunculkan “kebasahan-kebasahan” yang beraneka rupa bagi berbagai pihak yang terlibat atau melibatkan diri secara sadar atau tak sengaja kedalamnya.
Adalah juga sebaliknya, ketika hiruk-pikuk musim politik mulai mengering seperti musim kemarau. Maka sepi politik pun mengelana mereka-reka rencana. Bagi pihak yang terlibat atau melibatkan diri, mungkin tersenyum sukacita menikmati semangkuk "sup panas" wujud hasil berkelana di musim politik yang basah.
Bagi yang bertentangan dengan pemenang, mungkin akan menyepi dan merenung guna menyusun strategi politik menunggu musim selanjutnya. Sedangkan bagi mereka yang tak melibatkan diri, mungkin akan khusuk menunggu pembuktian janji-janji.
Apakah gerangan yang akan dibuat?
Itulah kehadiran politik, ketika kondisinya seperti segaris lurus dengan analogi musim hujan atau kemarau, "trilogi" itu ibarat memaknai segi empat figura yang membingkai kaca politik dalam banyak sudut pandang.
Tak ayal, seringkali melahirkan legalisasi terhadap keyakinan, harapan, kekecewaan bahkan tudingan dan tuduhan. Di mana legalisasi itu, tersamar dalam semarak pujian kerinduan yang mengental menjadi satu dalam adonan pembuktian janji-janji yang sudah diucapkan.
Sampai jumpa di musim berikutnya. Lereng dan Hutan nan sejuk telah menanti untuk disambangi. Pokok yang ditanam (lama ditinggalkan), mungkin sudah bertunas bahkan berputik dan segera akan menjadi buah. Semoga kita bisa menghadirkan kebahagian dari musim yang dirindukan.(*).