Selamatkan Generasi Muda dari Bullying dan paham Radikal Camat Sano Nggoang Gelar Dialog Kebangsaan

Jarak News_ Manggarai Barat 

Masa depan suatu Bangsa sangat ditentukan oleh kualitas generasi mudanya, oleh karena itu, upaya untuk membangun generasi muda yang sehat dan berkarakter merupakan sebuah kewajiban.

Menyadari akan hal ini, Pemerintah kecamatan Sano Nggoang menyelenggarakan kegiatan sosialisasi yang dikemas dalam dialog kebangsaan, dengan peserta, siswa/siswi [SD dan SMP], para guru dan para kepala desa.

Kegiatan ini dilaksanakan di SMP Negeri 5 Sano Nggoang, Desa Golo Kempo, Kecamatan Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai Barat, pada 29 Januari 2023.

Terdapat dua isu utama yang diusung dalam dialog tersebut, yakni isu yang berkaitan dengan fenomena bullying pada anak serta persoalan Intoleransi, Radikalisme dan Terorisme.

Untuk mengupas kedua topik itu secara mendalam, Pemerintah kecamatan Sano Nggoang menggandeng BKKBN Manggarai Barat dan Team Indensos Satgaswil NTT Densus 88 AT Polri.

Sebelum masuk ke acara inti, Pak Acik, yang mewakili BKKBN Kabupaten Manggarai Barat, diberikan kesempatan untuk menyampaikan beberapa informasi sebagai pengantar diskusi.

Dalam prolog yang singkat itu, pak Acik menyampaikan, bahwa persoalan bullying pada anak sangat erat kaitannya dengan dua faktor sebagai penyebab yakni, kurang kasih sayang yang didapatkan seorang anak dan persoalan kemiskinan.

Anak yang kekurangan perhatian dan kasih sayang, akan sangat rentan menjadi pelaku bullying. Menurut Acik, hal ini terjadi karena orang tua harus membagi kasih sayang tersebut dengan anak-anak yang lain.

Sedangkan terkait kemiskinan, ketika anak mengalami kekurangan [secara ekonomi], maka secara naluri anak cendrung mencari cara memenuhi kebutuhannya sendiri, termasuk dengan melakukan pemalakan disekolah.

Oleh karena itu, menurut Pak Acik, penting sekali mengatur jarak kelahiran dan membatasi jumlah Anak.

"Jika kita ingin menghasilkan keluarga yang berkualitas dalam waktu 20 tahun yang akan datang, maka batasi jumlah anak dan atur jarak kelahiran", kata pak Acik.

Setelah penyampaian prolog, kegiatan pun dilanjutkan pada acara inti, dialog Kebangsaan.

Tampil sebagai pemateri pertama, camat Sano Nggoang, Alfons Arfon, S.Sos, M.Tr.A.P,. Membawakan materi terkait fenomena Bullying.

"Bullying merupakan persoalan yang kerap terjadi dalam lingkungan pendidikan. Tentu terdapat banyak faktor yang menjadi penyebab munculnya bullying," kata pak Alfons mengawali penyampaian materi.

Selain persoalan kasih sayang dan kemiskinan, seperti yang telah diungkapkan pak Acik, bullying juga disebakan oleh faktor-faktor lain, seperti Kekerasan Dalam Rumah Tangga [KDRT] yang kerap dialami ibu selama anak berada dalam kandungan, juga karena rendanya keteladanan dalam keluarga serta karakter alami manusia.

Ia mengkategorikan Bullying dalam empat jenis, yakni Bullying langsung, melalui tindakan fisik seperti pukul, cubit, tendang dan lainnya; Bullying Verbal, melalui Kata-kata yang menyebabkan psikis anak terganggu; Bullying Sosial, dengan mengucilkan dan penelantaran seseorang ; bullying Cyber, mengolok-olok seseorang melalui media sosial.

Tindakan bullying menurut Camat Alfons, akan memberikan dampak yang sangat buruk terhadap korban.

"Menyebabkan gangguan psikologis, menjadi penyendiri, kecerdasan menurun, bahkan berpeluang menjadikan korban sebagai pelaku bullying dan kekerasan terhadap orang lain. Korban bullying, juga sangat rentan dan mudah untuk diajak bergabung dalam kelompok intoleran dan radikal, hingga menjadi seorang teroris"Imbuhnya

Mengakhiri penyampaian materinya, Camat sano Nggoang menyerukan agar semua pihak mengambil peran dalam upaya mencegah fenomena bullying ini terus terjadi, salah satunya dengan menggelar berbagai sosialisasi dan ceramah, seperti yang dilakukan saat ini.

Sementara itu dari tempat yang sama, pembicara dari Team Indensos Satgaswil NTT Densus 88 membawakan materi terkait persoalan Intoleransi, Radikalisme dan Terorisme.

Dia memulainya dengan menjelaskan, urgensi melakukan dialog kebangsaan di kecamatan Sano Nggoang.

Dalam catatan Team Indensos Satgaswil NTT Densus 88 AT Polri, meskipun persoalan terkait intoleransi sangat minim terjadi di kecamatan Sano Nggoang, tetapi tidak bisa dipungkiri telah ada pelaku terorisme aktif yang berasal dari wilayah itu.

Ia pun menegaskan bahwa di wilayah mereka, kelompok intoleran dan radikal juga eksis, meskipun dalam bentuk sel tidur.

"kelompok Intoleran, radikalisme dan Terorisme tidak jauh dari kita, bahkan mereka pernah ingin menjadikan wilayah Sano Nggoang sebagai basis dari gerakan," Ujarnya.

Pada kesempatan itu, pembicara dari Team Indensos Satgaswil NTT Densus 88 AT Polri juga mengingatkan untuk tidak melabelkan dan mengkaitkan persoalan terorisme dengan penganut suatu agama tertentu, karena faktanya, semua penganut agama berpotensi menjadi pelaku teroris.

"Pada kasus Bom Alam sutra [Jakarta] yang terjadi beberapa tahun silam, pelakunya bukanlah orang Islam, melainkan penganut Katholik," Ungkapnya.

Lebih jauh ia mengatakan sikap awas serta tidak terlena tentu sangatlah dibutuhkan, sebab banyak sekali paham trans nasional yang masuk ke negeri ini, tujuannya ingin menggantikan ideologi negara.

"Paham-paham ini ada disekitar kita. Mereka memiliki niat dan semangat yang kuat untuk merusak negara ini. Semuanya itu terjadi karena kurangnya pengetahuan tentang kehidupan berbangsa dan bernegara,"ucapnya.

Kegiatan dialog kebangsaan, seperti yang dilakukan saat ini, menurutnya, sangat penting untuk terus dilakukan, karena setiap orang berpotensi terpapar paham intoleran dan radikal. Bahkan dalam beberapa kasus, aksi Terorisme kerap kali melibatkan anak-anak dan wanita.

"Oleh karena itu, penanaman nilai-nilai kebangsaan, terutama terkait empat pilar kebangsaan, sangatlah penting dilakukan sejak dini," tegasnya.

Terkait fenomena Bullying, team Indensos Satgaswil NTT Densus 88 AT Polri ini mengukapkan fakta, bahwa bullying termasuk menjadi salah satu faktor pemicu dari aksi terorisme.

Sebelum mengakhiri pemaparannya, Kepada para siswa, anggota Densus 88 ini berpesan, sebagai generasi penerus bangsa, kita harus mencintai negara ini. Mencintai negara, dimulai dari hal kecil dalam lingkungan sosial, harus peduli dan jangan apatis dengan berbagai hal yang terjadi.

Sebagai upaya untuk memberikan pemahaman yang mendalam terkait persoalan Intoleransi, radikalisme dan terorisme. Team Indensos Satgaswil NTT Densus 88 AT Polri, juga menghadirkan Yanto, mantan narapidana Terorisme jaringan Jama'ah Islamiyah [JI] sebagai salah satu pembicara.

Dalam pemaparannya, yanto menceritakan tentang kisahnya bergabung dengan organisasi teroris JI, tertangkap densus 88, menjalani hukuman, hingga pada akhirnya memutuskan untuk kembali ke pangkuan NKRI.

selain itu, ia juga mejelaskan tentang metode infiltrasi yang digunakan kelompok-kelompok terorisme dalam merekrut anggota, yakni melalui isu agama dan isu sosial.

Ia pun mengamini dan mengingatkan bahwa sel-sel radikal sebenarnya ada dan eksis di tengah-tengah masyarakat sudah sejak lama.

"Ketika orang luar diberi kesempatan untuk masuk dan memicunya [Sel tidur] maka akan sangat berbahaya sekali" imbuhnya.

Oleh karena itu, sangat dibutuhkan peran semua pihak, baik itu pemerintah, tokoh adat, tokoh masyarakat maupun tokoh agama untuk berperan aktif dalam mencegah penyebaran pahan intoleran, radikalisme dan terorisme yang ingin dilakukan pihak luar.

"Orang luar tidak senang dengan budaya,kerukunan dan kemajuan kita. Berbagai cara dilakukan untuk menghancurkan kita," pungkasnya.

Kegiatan dialog kebangsaan pun ditutup dengan pembacaan dan penandatangan deklarasi bersama masyarakat Kecamatan Sano Nggoang. (***)

Penulis: Iron

Baca Juga